Kamis, 18 Februari 2016

sebuah catatan akhir bulan

catatan ini merupakan sebuah prasangka penulis yang mudah-mudahan jauh dari kenyataan. sering kali kita jumpai berapa banyaknya perguruan tinggi meluluskan mahasiswa dari berbagai jurusan. pendidikan yang ditempuh oleh para mahasiswa tidak lah gratis, bahkan biaya yang harus dikularkan begitu besar. pengorbanan dari orang tua yang begitu hebatnya demi sang buah hati. perguruan tinggi pada umumnya bagi khalayak umum merupakan tempat yang mulia. dimana semua orang yang lalu lalang didalamnya memiliki kadar intelektual yang berbeda. tak jarang warga desa yang jauh disana memandang jebolan peguruan tinggi memposisikan begitu istimewanya di lingkungan. status qou yang seperti ini hendaknya perlu dikoreksi. karena tak ada bedanya ilmu yang dipelajari didalam perguruan tinggi maupun ilmu praktis yang ada dimasyarakat. bahkan perguruan tinggi merupakan pengejewantahan ilmu praktis dalam masyarakat yang terbagi-bagi menjadi berbagaimacam disiplin keilmuan: ekonomi, politik, sosbud, psikologi dll. apa- apa yang dipelajari dalam sebuah perguruan tinggi merupakan usaha para intelektual dalam memecahkan atau mengurai permasalahn yang ada dalam masyarakat. jadi menjadi absurd bila jebolan perguruan tinggi justru menjadi masalah baru dalam masyarakat. bukannya menjawab permasalahan yang ada dalam masyarakat tetapi malah menimbulkan masalah baru.
semakin banyaknya lulusan perguruan tinggi harusnya mampu menjawab perasalah yang terjadi dimasyarakat. terlebih disiplin ilmu yang semakin kesini semakin baik. contohnya negara jepang, pasca terjadi tragedi bom atom di horisima dan nagasaki. jepang menjadi negara yang terpuruk. SMD dan SDA porak poranda, namun apa yang terjadi pada negara itu setelah kejadian itu? negara jepang menjadi negara maju dan berkembang dengan pesatnya. apa yang dilakukan oleh jepang? mereka membangun kembali negara yang sempat porak poranda melalui pendidikan. bila dibandingkan dengan Negara Indonesia secara geografis ataupun secara SDA Indonesia jauh lebih baik. lusa geografis Indonesia yang begiru luasnya serta kekayaan alam yang begitu banyak tidak dapat mengungguli negara yang memiliki luas wilayah yang tidak lebih besar dari salah satu pulau di Indonesia. nampaknya ada permasalahan yang serius dalam negeri yang kata cak nun " Indonesia adalah negeri setengah surga".
belum cukupkah Indonesia dengan banyaknya sarjana-sarjana segala jurusan membangun Negri ini? ini merupakan sebuah pertanyaan yang cukup mendasar bagi saya. karena setelah diamati karakter inovatif yang ada pada masyarakat masih begitu minim. ketergantungan dengan segala sesuatu yang ada merupakan hal-hal yang menumpulkan dan memupuk sifat anti inovasi. kita lebih memilih mencari kerja dengan bonafit yang tinggi dibandingkan mengembangkan peluang yang ada. ataupun mengembangkan potensi dari masing-masing daerah, itu merupakan tidakan mulia. karena selain kita berjuang dalam menghidupi kebutuhan diri/keluarga juga membangun masyarakat.




Untuk siapa?

Kamu datang membawa berita.
Negara kini tlah merdeka.
Pendidikan akan merata.
Kesejahteraan akan tercipta.
Kemakmuran akan terlaksana.
Maka mereka bertanya:
Kau bawa berita untuk siapa?
Negara merdeka dari siapa?
Pendidikan merata, apanya?'
Sementara bocah-bocah berlarian menjual kantong palstik dipasar.
bayi-bayi menyanyi dalam lapar.
para petani sulit menangkar benih yang unggul.
kali ini Aku bertanya:
Untuk siapa ini semua?
tanah subur yang tak ada bandingannya.
untuk siapa ini semua?
Tambang emas dan kilang minyak.
apakah sebagai pelipur lara?
3 1/2 abad lamanya derita.